Selasa, 15 Juli 2008

Pendidikan Moral Manusia
Mengingat perkembangan moral manusia pada bahasan yang lalu, maka tentu akan ada sebuah proses yang tak lepas dari perkembangan moral itu sendiri. Proses yang dimaksud adalah yang disebut dengan pendidikan. Pendidikan moral sangatlah perlu bagi manusia, karena melalui pendidikan perkembangan moral diharapkan mampu berjalan dengan baik , serasi dan sesuai dengan norma demi harkat dan martabat manusia itu sendiri.
Di Indonesia pendidikan moral telah ada dalam setiap jenjang pendidikan. Di Sekolah Dasar perkembangan pendidikan moral tak pernah beranjak dari nilai-nilai luhur yang ada dalam tatanan moral bangsa Indonesia yang termaktub jelas dalam Pancasila sebagai dasar Negara. Pendidikan Moral Pancasila, yang sejak dari pendidikan dasar telah diajarkan tentu memiliki tujuan yang sangat mulia, tiada lain untuk membentuk anak negeri sebagai individu yang beragama, memiliki rasa kemanusiaan, tenggang rasa demi persatuan, menjunjung tinggi nilai-nilai musyawarah untuk kerakyatan serta berkeadilan hakiki.
Berangkat dari tujuan tersebut diatas maka dalam pelaksanaannya terdapat tiga faktor penting dalam pendidikan moral di Indonesia yang perlu diperhatikan yaitu :

1. Peserta didik yang sejatinya memiliki tingkat kesadaran dan dan perbedaan perkembangan kesadaran moral yang tidak merata maka perlu dilakukan identifikasi yang berujung pada sebuah pengertian mengenai kondisi perkembangan moral dari peserta didik itu sendiri.
2. Nilai-nilai (moral) Pancasila, berdasarkan tahapan kesadaran dan perkembangan moral manusia maka perlu di ketahui pula tingkat tahapan kemampuan peserta didik. Hal ini penting mengingat dengan tahapan dan tingkatan yang berbeda itu pula maka semua nilai-nilai moral yang terkandung dalam penididkan moral tersebut memiliki batasan-batasan tertentu untuk dapat terpatri pada kesadaran moral peserta didik. Dengan kata lain, kalaulah pancasila memiliki 36 butir nilai moral, maka harus difahami pula proses pemahaman peserta didik berdasar pada tingkat kesadaran dan tingkat kekuatan nilai kesadaran itu sendiri.
3. Guru Sebagai fasilitator, apabila kita kembali mengingat teori perkembangan moral manusia dari Kohlberg dengan 4 dalilnya maka guru seyogyanya adalah fasilitator yang memberikan kemungkinan bagi siswa untuk memahami dan menghayati nilai-nilai pendidikan moral itu.
Dengan memperhatikan tiga hal diatas maka proses perkembangan moral manusia yang berjalan dalam jalur pendidikan tentu akan berjalan sesuai dengan tahapan perkembangan moral pada tiap diri manusia.

Sumber: sylvie.edublogs.org/2006/09/19/pendidikan-moral-manusia/ - 20k -


Nilai Estetika

‘Sosiologi kesenian dalam beberapa cara telah melampaui laporan singkatnya, sejauh karena ini gagal untuk mempertimbangkan “estetika”. Tentu saja tema sentral dari buku ini adalah tidak dapat dikuranginya “nilai-nilai estetika” untuk koordinasi sosial, politik atau ideologis (Wolff 1993: 11). Sebagaimana wolff buktikan analisisnya yang ringkas dan penuh ilham tentang lapangan, sosiologi kesenian gagal untuk menerangkan ‘mengapa teks ideologis khusus akan menghasilkan kepuasan estetika. ‘Kritik tentang kesenian sebagaimana ideologi terlihat dihasilkan dalam hilangnya kesenian sebagai apa saja selain ideologi dan ada banyak alasan mengapa hal ini tidak akan melakukannya’ (1993: 23)

Salah satu cara menolak pengurangan estetika ini kepada sosial dan tentang penilaian estetika terhadap ideologi adalah untuk kembali kepada argumentasi Kantian untuk otonomi estetika dan untuk evaluasi politik dan moral positif dari kesenian sebagai sebuah mode mengetahui dan sebuah praktek yang berakar darinya. Perhatian Kant dengan estetika berakar dari perhatiannya terhadap imajinasi. (Di dalam seksi berikutnya saya berhutang kepada Bowie.) Problemnya adalah bahwa akal manusia dan kesadaran moral adalah berdasarkan atas fakultas imajinasi. Ini adalah imajinasi yang telah menciptakan sebuah pendahuluan memesan keluar kekacauan tentang kesan-kesan segera (immediate impresion) dari panca indera yang dengannya akal kemudian dapat bekerja, dan yang telah menciptakan, sebagai bagian dari kesengajaan yang menjadi dasar bagi moral umat manusia, dunia yang belum eksis. Maka kemudian imajinasi adalah esensi dari fakultas kemanusiaan, tapi, sebagaimana kemungkinan kesengajaan moral dan proyeksi tentang masa depan alternatif jalan tindakan ini juga menciptakan bahaya fantasi yang menyesatkan. Kategori tentang otonomi, ‘seni yang tak berkepentingan’ adalah diciptakan untuk menghadapi problem ini. Kesenian adalah penggunaan imajinasi ‘bebas’. Hal ini mempunyai dua implikasi yang bertentangan. Di satu sisi ini adalah mode (cara) mengetahui yang menjembatani sisi rasional dan inderawi manusia. Maka ini adalah sebuah aktifitas yang di dalamnya seseorang dapat memperoleh akses kepada, dan lalu menyatakan atau memproduksi ilmu pengetahuan tentang, sisi-sisi kesadaran diri tersebut yang menjadi basis untuk, dan pada saat yang sama tidak dapat diakses untuk, akal. Di sisi lain ini adalah juga merupakan sebuah aktifitas yang memampukan manusia melarikan diri dari rintangan-rintangan dari dunia kebutuhan dan kepentingan yang diturunkan darinya dan untuk mewujudkan dunial moral alternatif yang di dalamnya perintah-perintah kategoris dapat diberi bebas tali kendali, dan kebahagiaan dan kebaikan dapat dikombinasikan. Sebagaimana Schiller tulis, ”Hanya komunikasi tentang keindahan yang menyatukan masyarakat, karena hal ini terkait dengan apa yang lazim bagi mereka semua.” (dikutip dalam Bowie 1990: 13)

Dari posisi ini di sana kemudian dikembangkan dua teori yang berbeda tentang nilai otonomi kesenian. Pertama, melalui Romantisisme Jerman, memperdebatkan nilai kesenian di atas dasar penolakannya terhadap rasuonalitas dan kemudian sebagai sebuah tempat perlindungan terhadap efek-efek mengecewakan dari Dialektika Pencerahan. Menekankan hubungan antara kesenangan estetika dan inderawi (sensual), kesenian terlihat sebagai sebuah ekspresi dari kekhususan ketimbang universalitas dari pemikiran ilmiah dan sebagaisebuah ekspresi dari pluralitas kreatif yang tidak dapat dikontrol selamanya dari bentuk-bentuk kehidupan. Untaian pemikiran itu kemudian dibangun menjadi vitalisme dari kehendak Nietzsche untuk kekuasaan, di mana semua aktifitas manusia dapat dinilai dengan standar estetika.

Di sisi lain, kita menggabungkan, dengan praxis-nya Hegel, teori proyeksi tentang formasi subjektifitas manusia, dan pencarian mitologi baru, kesenian telah dilihat sebagai dunia pendidikan moral dan sebagai sebuah dunia yang di dalamnya kemungkinan pembebasan manusia dapat dialami dan kemudian dibuka, jika hanya sebagai sebuah kemungkinan utopian. Hegel berpendapat bahwa subjek manusia menjadi mengetahui dirinya sendiri dan alam serta dunia sosial melalui interaksi yang bertujuan (bermanfaat) dengan dunia-dunia tersebut – proses yang datang, di dalam pengembangan Marx terhadap pemikiran Hegel, yang dikenal sebagai buruh. Di dalam teori praxis ini bentuk-bentuk simbolik adalah dilihat sebagai sebuah objektifikasi dan proyeksi dari interaksi ini antara subjek dan dunia alami dan manusia-manusia lainnya, sebuah interaksi yang di dalamnya individu dan masyarakat menjadi mengetahui diri mereka sendiri dengan menciptakan diri mereka sendiri dan sebuah realitas sosial yang perlu dibagi bersama (shared). Inilah sebuah pandangan yang menginformasikan, contohnya, analisis estetika dari Lukacs. Untuk keperluan kita seperti sebuah teori yang kemudian terkait dengan teori tentang kepentingan sosial dan perjuangan untuk pengembangan di dalam tradisi Marxist, sebuah teori tentang ideologi yang berbasis pada pengasingan (alienation) buruh, seperti bahwa manusia tidak dapat lagi mengenali dirinya sendiri dan oleh karena itu kepentingan mereka dalam objektifikasi simbolik yang mereka hasilkan. Hal ini kemudian dikembangkan menjadi sebuah teori tentang kesenian, yang paling terkenal dengan Mazhab Frankfurt dan khususnya Adorno, yang menggabungkan pendekatan praxis dengan penolakan terhadap kekecewaan dan rasionalitas instrumental dari Romanticisme. Mazhab Frankfurt berpendapat bahwa nilai dari kebenaran terletak di dalam kondisi yang tidak terasing dari produksi, dan oleh karena itu di dalam kemungkinannya sebagai sebuah kebenaran dan objetifikasi khayalan dan non-reified (bukan pembendaan) dari kemungkinan manusia. Ini telah mengembangkan sebuah kritik terhadap industri budaya dan produknya sebagai ideologis karena menghasilkan kesenian dan pembentukan yang terasing, melalui objektifikasi ini, manusia yang terasing tidak menyadari kemungkinan terbaiknya sendiri. Point yang saya akan harapkan untuk ditekankan di sini adalah ahwa ini adalah di samping point untuk mengkritik pendekatan ini, sebagaimana sekarang adalah ortodoks dalam teori media dan budaya, sebagai elitis. Ini adalah kritik yang berdasarkan atas sebuah teori tentang pemujaan (pemberhalaan) komoditi (commodity fetishism) dan secara mudah tidak mempunyai apapun untuk dilakukan, satu cara atau lainnya, dengan elitisme dan kesenian berbasis kelas. Sebagaimana Bowie telah menganalisa secara mengagumkan, ini adalah sebuah posisi yang mendasarkan argumentasinya untuk keperluan bagi kesenian yang otonom atas sebuah perdebatan filosofis berlatar sejarah bukan tentang kelas, tapi tentang sifat-sifat kesadaran-diri, kesadaran-diri yang wajib menjadi latar (ground) untuk aksi rasional otonom. Berdasarkan atas analisis Kant tentang keluhuran/kemahamuliaan (sublime) sebagai sebuah ekspresi dari ‘Yang tak dapat dikatakan’, atau kebenaran dari kekhususan inderawi (sensual particularity) dari pengalaman kita sendiri dan alam yang tidak dapat ditangkap dalam generalisasi dan abstraksi yang bergerak dari pemikiran konseptual dan kategorinya, dan atas perkembangan terakhir dari idealis Jerman dan Romantic yang keluar darinya, hal ini menyarankan perlunya produksi estetika otonom sebagai penolakan dan perlawanan setiap keruntuhan sempurna dari individual ke dalam sosial, atau yang khusus kepada yang umum, atau yang inderawi kepada yang rasional, dan kemudian secara dialektik, menjaga terbukanya kemungkinan, jika hanya sebagai harapan khayal, dari sesuatu yang dapat hidup terus, komunitas non-dominative dari kebebasan, otonomi, pribadi yang rasional. Walaupun Bourdieu berusaha untuk mengurangi keseluruhan tradisi pemikiran estetika ini menjadi status ideologi, kasus yang dibuatnya untuk peranan kesenian dan tentang kesenangan/kenikmatan estetika sebagai tidak dapat dikurangi menjadi ideologis, dan tentang kekhususan mereka dan otonomi sebagai bukan selubung kekuasaan, tetapi membawa kemungkinan pembebasan yang menggabungkan kebahagiaan (pembentukan identitas), dan kebaikan (sebuah dunia sosial yang dapat diterima secara moral), perlu diambil secara serius.

Ini adalah posisi umum, yang menyokong sebuah pendekatan etika untuk pengesahan bentuk-bentuk simbolik, kepada yang sekarang saya jalankan.

Sumber:

www.vanillamist.com

Senin, 23 Juni 2008

Kesadaran Umum Masalah Pendidikan



Oleh
Benny Susetyo PR

Tanpa adanya perubahan sistematik dan mendasar dalam logika akal sehat pendidikan di negara ini, kita akan semakin jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain. Kalau pendidikan di negara kita masih ribut soal seragam dan buku pelajaran setiap tahun, substansi pendidikan akan tergerus secara perlahan, namun pasti oleh pergulatan kepentingan orang-orang di luar pendidikan itu sendiri.
Logis dikatakan pendidikan kita semakin tertinggal sebab pergerakan perkembangan pendidikan di berbagai belahan negara lain terus maju ke depan seiring dan bahkan ingin mendahului pergerakan zaman. Kita juga bergerak, tetapi dapat disaksikan betapa lambatnya kemajuan pendidikan di negara kita, kalau tak ingin dikatakan stagnan sama sekali, atau bahkan mundur ke belakang. Kita mungkin terlalu sering membicarakan pendidikan, tetapi merasakannya sebagai sesuatu yang ”baik-baik” saja.
Nasib pendidikan di negara ini semakin terpuruk karena terlalu banyak yang dibicarakan tidak terkait dengan substansi pendidikan itu sendiri. Pentingnya pendidikan bagi masa depan bangsa belum menjadi kesadaran umum, tetapi hanya menjadi kesadaran pribadi-pribadi. Belum menjadi pikiran utama para elite pengambil kebijakan, tetapi hanya sebagai sarana perebutan proyek.
Bangsa yang maju tidak bisa dipisahkan dari cara pandang dan berpikirnya dalam rangka untuk menempatkan kemajuan pendidikan sebagai tujuan pokok kebangsaan. Pendidikan adalah kekuatan pembentuk masa depan, karena ia merupakan instrumen yang mampu mengubah sejarah gelap menjadi terang atau sebaliknya.
Pendidikan merupakan investasi kemanusiaan karena di sanalah masa depan peradaban ini dipertaruhkan. Kini persoalan terbesar kita adalah bagaimana menyesuaikan serta merancang cara berpikir dalam dunia pendidikan menghadapi perubahan dunia yang kian kompleks, berubah cepat, sangat sulit diramalkan.
Dalam hal ini, kita perlu belajar dari Seven Complex Lesson in Education for the Future. Ini mengingatkan kita agar merumuskan kembali cara mengelola sebuah pengetahuan. Pemikiran jauh ke depan diperlukan untuk membangun kembali fondasi pendidikan guna mengembalikan pendidikan kepada visi dasarnya.

Tujuh Pedoman Utama
Morin dalam karya ini mengajukan tujuh pedoman utama dalam dunia pendidikan yang dapat menjadi kompas bagi praksis pendidikan masa depan. Menurutnya, sangatlah penting mengidentifikasi masalah-masalah mendasar yang sering dilupakan dalam pendidikan.
Salah satunya adalah pentingnya mendeteksi kekeliruan-kekeliruan dan ilusi yang selama ini menyelimuti wajah pendidikan. Pendidikan adalah alih pengetahuan dalam arti seluas-luasnya. Tapi sejauh ini, ia gagal menangkap realitas pengetahuan manusia dalam seluruh kompleksitasnya.
Pengetahuan tidak menjadi cermin atas hal-hal yang ada di luar dunia peserta didik. Pendidikan belum menempatkan siswa sebagai pribadi yang utuh. Pendidikan di negara kita belum mau mengembangkan kajian-kajian kultural, intelektual serta proses pengetahuan manusia secara komprehensif.
Lalu gagasan membangun prinsip keterkaitan dalam pengetahuan. Yang berkembang justru pengetahuan yang bersifat parsial. Pembelajaran terlalu terkotak-kotak dan membuat peserta didik cenderung tidak mampu menghubungkan linkage-nya. Lihatlah hasilnya ketika para siswa tak mampu memahami persoalan sesuai dengan konteks, dan yang sering terjadi adalah kepincangannya dengan realitas.
Substansi pendidikan tidak menyentuh hal mendasar, misalnya mengenai sejauh mana menciptakan lingkungan sekolah yang membuat siswa feel at home. Sekolah masih menjadi tempat yang menakutkan dan bukan merupakan tempat bermain yang menyenangkan bagi anak didik.
Lalu guru sering hanya berperan sebagai pawang alias mentor. Mereka belum terkondisikan menjadi teman bermain bagi siswa. Relasi hubungan yang terbentuk laksana atasan dan bawahan, bukan sebagai teman untuk saling berbagi dan memperkaya satu dengan lain. Orientasi pendidikan lalu diarahkan untuk menyiasati UAN, dan bukan untuk membentuk manusia yang otentik, berkepribadian dan peka terhadap dunia di luar sekolah.

Anak Pedalaman dan Pedesaan
Reduksi ini menyebabkan manusia kehilangan daya kritis serta kemampuan bernalar untuk menggunakan akal budi secara optimal. Pendidikan bangsa cenderung menciptakan manusia kurang cerdas karena sejak dini anak didik tidak diajak untuk menjadikan dirinya sendiri. Tanpa sadar, anak didik hanya dijadikan permainan kapital belaka.
Hal ini yang kini kita rasakan secara nyata. Ini masalah dan harus disadari sebagai masalah yang serius bagi perkembangan pendidikan. Elite perlu tahu dan menyadarinya sebagai tantangan hebat untuk menyambut masa depan Indonesia yang beradab.
Perlu dirumuskan ulang agar pendidikan tidak lagi menjadi instrumen politik. Kita perlu duduk bersama antara pendidik dan orang tua serta pemerintah dalam rangka merumuskan bersama kebijakan pendidikan yang berorientasi keindonesiaan. Kebijakan yang manusiawi yang bisa membuat manusia Indonesia memiliki harapan ke depan dalam konteks global.
Bukanlah satu dua orang yang berjaya dalam olimpiade internasional yang bisa kita banggakan untuk melihat pendidikan di Indonesia, melainkan bagaimana anak-anak pedalaman dan pedesaan juga memiliki keunggulan nyata dalam proses pendidikan yang manusiawi. Sebuah pendidikan yang bebas dari kepentingan politik, maupun bebas dari oknum-oknum pencari laba (rent seeking).
Elite cukup menyediakan kebijakan yang adil bagi semua, berpihak pada kaum lemah, dan tidak membebani anak didik dengan materi yang tak masuk akal hanya karena standar kelulusan ditentukan oleh angka-angka kuantitatif. Selanjutnya, biar rakyat yang menikmati, merasakan, dan menjalani dunia pendidikannya sendiri.
Dalam hal ini, paradigma baru pendidikan Indonesia dibutuhkan. Harus dan harus, kita menggali kekayaan dan kebesaran visi misi pendidikan dari Ki Hajar Dewantara. Mendesak dan amat urgen merumuskan visi pendidikan yang berorientasi pada pendidikan seutuhnya untuk mencetak manusia Indonesia seutuhnya.
Pendidikan seutuhnya dalam maksud Ki Hajar adalah pendidikan yang tidak mencabut akar budaya yang membuat anak didik menjadi asing dengan realitasnya. Pendidikan harus membuat manusia Indonesia menjadi peka akan budi pekerti. Kepekaan inilah yang membuat manusia Indonesia akan terbentuk sebagai pribadi yang berkehalusan budi serta berkeheningan batin.

Penulis adalah budayawan dan pendiri Setara Institut.

Sumber :

www.sinarharapan.co.id/berita/0608/30/opi01.html - 29k

Minggu, 22 Juni 2008

Dasar Filosofi Pendidikan

ALIRAN PENDIDIKAN

PENGERTIAN

NAMA TOKOH

PENERAPANNYA DALAM PENDIDIKAN

  1. ESENSIALISME

Esensialisme adalah pendidikan yang di dasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia.

1. Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770 – 1831)
Georg Wilhelm Friedrich HegelHegel mengemukakan adanya sintesa antara ilmu pengetahuan dan agama menjadi suatu pemahaman yang menggunakan landasan spiritual.

2. George Santayana
George Santayana memadukan antara aliran idealisme dan aliran realisme dalam suatu sintesa dengan mengatakan bahwa nilai itu tidak dapat ditandai dengan suatu konsep tunggal, karena minat, perhatian dan pengalaman seseorang menentukan adanya kualitas tertentu.

1. Pandangan Essensialisme Mengenai Belajar
Idealisme, sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai pribadi individu dengan menitik beratkan pada aku. Menurut idealisme, bila seorang itu belajar pada taraf permulaan adalah memahami akunya sendiri, terus bergerak keluar untuk memahami dunia obyektif.
Dari mikrokosmos menuju ke makrokosmos.

belajar dapat didefinisikan sebagai jiwa yang berkembang pada sendirinya sebagai substansi spiritual. Jiwa membina dan menciptakan diri sendiri.

2.Pandangan Essensialisme Mengenai Kurikulum
Beberapa tokoh idealisme memandang bahwa kurikulum itu hendaklah berpangkal pada landasan idiil dan organisasi yang kuat

  1. PROGRESIVISME

Progresivisme adalah suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan.

1. William James (11 Januari 1842 – 26 Agustus 1910)

James berkeyakinan bahwa otak atau pikiran, seperti juga aspek dari eksistensi organik, harus mempunyai fungsi biologis dan nilai kelanjutan hidup. Dan dia menegaskan agar fungsi otak atau pikiran itu dipelajari sebagai bagian dari mata pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan alam. Jadi James menolong untuk membebaskan ilmu jiwa dari prakonsepsi teologis, dan menempatkannya di atas dasar ilmu perilaku.

2. John Dewey (1859 - 1952)

Teori Dewey tentang sekolah adalah "Progressivism" yang lebih menekankan pada anak didik dan minatnya daripada mata pelajarannya sendiri. Maka muncullah "Child Centered Curiculum", dan "Child Centered School". Progresivisme mempersiapkan anak masa kini dibanding masa depan yang belum jelas

3. Hans Vaihinger (1852 - 1933)

Hans VaihingerMenurutnya tahu itu hanya mempunyai arti praktis. Persesuaian dengan obyeknya tidak mungkin dibuktikan; satu-satunya ukuran bagi berpikir ialah gunanya (dalam bahasa Yunani Pragma) untuk mempengaruhi kejadian-kejadian di dunia. Segala pengertian itu sebenarnya buatan semata-mata; jika pengertian itu berguna. untuk menguasai dunia, bolehlah dianggap benar, asal orang tahu saja bahwa kebenaran ini tidak lain kecuali kekeliruan yang berguna saja.

Anak didik diberikan kebebasan baik secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya, tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain, Oleh karena itu filsafat progressivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter. Sebab, pendidikan otoriter akan mematikan tunas-tunas para pelajar untuk hidup sebagai pribadi-pribadi yang gembira menghadapi pelajaran. Dan sekaligus mematikan daya kreasi baik secara fisik maupun psikis anak didik.


filsafat progresivisme menghendaki jenis kurikulum yang bersifat luwes

(fleksibel) dan terbuka. Jadi kurikulum itu bisa diubah dan dibentuk sesuai dengan zamannya.Sifat kurikulumnya adalah kurikulum yang dapat direvisi dan jenisnya yang memadai, yaitu yang bersifat eksperimental atau tipe Core Curriculum.
Kurikulum dipusatkan pada pengalaman atau kurikulum eksperimental didasarkan atas manusia dalam hidupnya selalu berinteraksi didalam lingkungan yang komplek.

Progresivisme tidak menghendaki adanya mata pelajaran yang diberikan terpisah, melainkan harus terintegrasi dalam unit. Dengan demikian core curriculum mengandung ciri-ciri integrated curriculum, metode yang diutamakan yaitu problem solving.
Dengan adanya mata pelajaran yang terintegrasi dalam unit, diharapkan anak dapat berkembang secara fisik maupun psikis dan dapat menjangkau aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.

3. PERENIALISM

Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme berasal dari kata perennial yang berarti abadi, kekal atau selalu. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Jalan yang ditempuh oleh kaum perenialis adalah dengan jalan mundur ke belakang, dengan menggunakan kembali nilai nilai atau prinsip prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kuat, kukuh pada zaman kuno dan abad pertengahan.

1. Plato

Tujuan utama pendidikan adalah membina pemimpin yang sadar akan asas normative dan melaksanakannya dalam semua aspek kehidupan

2. Aristoteles

Ia menganggap penting pembentukan kebiasaan pada tingkat pendidikan usia muda dalam menanamkan kesadaran menurut aturan moral

3. Thomas Aquinas

Thomas berpendapat pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur menjadi aktif atau nyata tergantung pada kesadaran tiap-tiap individu. Seorang guru bertugad untuk menolong membangkitkan potensi yang masih tersembunyi dari anak agar menjadi aktif dan nyata

3.

1. Program pendidikan yang ideal harus didasarkan atas paham adanya nafsu, kemauan, dan akal (Plato)

2. Perkemhangan budi merupakan titik pusat perhatian pendidikan dengan filsafat sebagai alat untuk mencapainya ( Aristoteles)

3. Pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur agar menjadi aktif atau nyata. (Thomas Aquinas)

4. REKONSTRUKSIONISME

Kata rekonstruksionisme dalam bahasa Inggeris rekonstruct yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan, aliran rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Aliran rekonstruksionisme, pada prinsipnya, sepaham dengan aliran perenialisme, yaitu hendak menyatakan krisis kebudayaan modern. Kedua aliran tersebut, aliran rekonstruksionisme dan perenialisme, memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan dan kesimpangsiuran

George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil. Beberapa tokoh dalam aliran ini: Caroline Pratt, George Count, Harold Rugg

Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat manusia atau bangsa. Karenanya pembinaan kembali daya inetelektual dan spiritual yang sehat akan membina kembali manusia melalui pendidikan yang tepat atas nilai dan norma yang benar pula demi generasi sekarang dan generasi yang akan datang, sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia.

Kemudian aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur, diperintah oleh rakyat secara demokratis dan bukan dunia yang dikuasai oleh golongan tertentu. Sila-sila demokrasi yang sungguh bukan hanya leori tetapi mesti menjadi kenyataan, sehingga dapat diwujudkan suatu dunia dengan potensi-potensi teknologi, mampu meningkatkan kualitas kesehatan, kesejahteraan dan kemakmuran serta keamanan masyarakat tanpa membedakan warna kulit, keturunan, nasionalisme, agama (kepercayaan) dan masyarakat bersangkutan.

William James

  • Seorang pendahulu yang dianggap paling penting untuk aliran fungsionalisme. Pendidikan awalnya adalah seorang dokter dan ia pertama kali mengajar fisiologis di Harvard pada tahun 1872. Semenjak tahun 1878 ia mendalami filsafat dan psikologi serta mendapat gelar professor untuk kedua bidang tsb. Menurut Lundin (1991), James lebih muncul sebagai seorang filsuf daripada seorang psikolog. Pengaruhnya sangat kuat pada aliran fungsionalisme, terutama kelompok Chicago school.
  • Karya utamanya adalah Principles of Psychology. Karya yang sering dijadikan rujukan untuk mahasiswa psikologi tahun awal adalah Psychology : Briefer Course.
  • Definisi dan ruang lingkup psikologi. Psychology is the science of mental life, both of its phenomenon and of their conditions” Fenomena adalah subyek dan kondisi adalah proses fisiologis di otak. Psikologi adalah natural science.
  • Metode psikologi. Ada tiga metode utama dalam psikologi:
    • Introspection

Merupakan metode penting dan utama dalam psikologi. Introspeksi yang dimaksud sangat berbeda dengan introspeksi dalam aliran strukturalisme. Bagi James, introspeksi adalah kecenderungan alamiah manusia, kemampuan untuk menyadari apa yang telah terjadi.

    • Experimentation

James mengakui metode ini sebagai metode penting namun tidak pernah melakukannya sendiri. Ia menganggap metode ini perlu dieksplorasi lebih lanjut.

    • Comparative method
      Metode tambahan yang dapat digunakan untuk psikologi anak-anak, binatang, orang primitif, dan penderita gangguan mental.
  • Dalam pandangan-pandangannya yang lain, tampak jelas bahwa bagi James, proses fisiologis di otak dan di dalam tubuh manusia adalah representasi dari proses mental dan hal ini adalah penentu tingkah laku dan menentukan bagaimana manusia mempersepsikan lingkungan. James juga mengakui adanya proses habituasi yang otomatis dan semakin tidak disadari, meskipun meninggalkan jejak dalam benak manusia. Baginya, proses mind lebih penting daripada elemen-elemen mind itu sendiri. Pandangan ini terwakili dengan jelas dalam teorinya tentang emosi, bersama-sama Carl Lange, yang dikenal sebagai James-Lange Theory. (Baca pandangan James tentang habit, instintct, emotion, reason dan memory, Lundin hal 104-106)
  • James dikenal sebagai salah seorang psikolog terbesar Amerika. Sebagai pribadi ia juga diakui populer dan charming, serta kemampuan menulisnya sangat mengagumkan. Ia juga dikenal sebagai seorang penentang keras aliran strukturalisme dari Wundt. Meskipun pada masanya idenya sangat berpengaruh, dengan berlalunya waktu hanya sedikit pandangannya yang bertahan hingga masa kini.

C. Ciri Fungsionalisme

  • Lebih menekankan pada fungsi mental daripada elemen-elemen mental.
  • Fungsi-fungsi psikologis adalah adaptasi terhadap lingkungan sebagaimana adaptasi biologis Darwin. Kemampuan individu untuk berubah sesuai tuntutan dalam hubungannya dengan lingkungan adalah sesuatu yang terpenting
  • Fungsionalisme juga sangat memandang penting aspek terapan atau fungsi dari psikologi itu sendiri bagi berbagai bidang dan kelompok manusia.
  • Aktivitas mental tidak dapat dipisahkan dari aktivitas fisik, maka stimulus dan respon adalah suatu kesatuan
  • Psikologi sangat berkaitan dengan biologi dan merupakan cabang yang berkembang dari biologi. Maka pemahaman tentang anatomi dan fungsi fisiologis akan sangat membantu pemahaman terhdap fungsi mental.
  • Menerima berbagai metode dalam mempelajari aktivitas mental manusia. Meskipun sebagian besar riset di Uni. Chicago (pusat berkembangnya aliran fungsionalisme) menggunakan metode eksperimen, pada dasarnya aliran fungsionalisme tidak berpegang pada satu metode inti. Metode yang digunakan sangat tergantung dari permasalahan yang dihadapi

D. Tokoh-tokoh

John Dewey (1859-1952)

  • Latar belakangnya adalah seorang guru dan mendapat gelar PH.D dalam bidang filsafat. Ia kemudian mengajar di University of Chicago dan ikut dalam perkembangan fungsionalisme di Chicago. Tahun 1904 pindah ke Columbia University dan tinggal di sana hingga akhir hayatnya.
  • Pandangan utamanya bahwa sebuah aksi psikologis adlaah suatu kesatuan yang utuh, tidak dapat dipecah ke dalam bagian-bagian atau elemen (seperti yang dilakukan oleh strukturalisme). Maka setiap psychological events tidak bisa dipandang sebagai konstruk-konstruk abstrak. Akan lebih bermanfaat apabila difokuskan pada fungsi psy. Events tersebut, yaitu dalam konteksnya sebagai adaptasi manusia. Contoh : anak yang mengulurkan jarinya sebagai respon adanya api dan terbakar.

James Rowland Angell (1867-1949)

  • Berasal dari keluarga terpelajar, ayah dan kakeknya pernah menjabat sebagai rektor dari universitas besar di AS. Ia memperoleh gelar M.A. dari Harvard dan menjadi murid William James di sana. Sepanjang karirnya ia tidak pernah mendapat gelar Ph.D namun memperoleh 23 gelar doktor honoris causa. Ia menjabat kepala departemen psikologi dan pernah menjabat sebagai presiden dari APA.
  • Angell adalah seorang yang kritikal terhadap strukturalisme. Pada masa keaktifannya, aliran fungsionalisme sedang berkembang dan berjuang untuk memperoleh tempat yang mapan dalam khasanah dunia ilmu sehingga juga memunculkan banyak kritik terhadap aliran strukturalisme yang sudah lebih dlu mapan. Baginya, psychological entity tidak ada yang dapat dipisah-pisah seperti sel dalam ilmu biologi. Psychological entity adalah sebuah kompleks yang kita kenal sebagai persepsi. Hal ini jelas tidak sejalan dengan strukturalisme.
  • Functional psychology adalah sebuah studi tentang operasi mental, mempelajari fungsi-fungsi kesadaran dalam menjembatani antara kebutuhan manusia dan lingkungannya. Fungsionalisme menekankan pada totalitas dalam hubungan mind and body.

J.J.Rosseau

Jean Jaqques Rosseau, seorang tokoh pembaharu Perancis menyebutkan, Semua yang kita butuhkan dan semua kekurangan kita waktu lahir, hanya akan kita penuhi melalui pendidikan.


Thorndike

Menurut Thorndike, belajar merupakan proses interaksi antara stimulus (yaitu yang berupa rangsangan seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera), dengan respon (yang juga dapat berupa pikiran, perasaan atau gerakan/tindakan). Oleh karena itu, teori ini juga disebut “S-R Bond Theory” dan “S-R Psychology of Learning”. Menurut teori ini, perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar dapat berujud kongkrit yaitu dapat diamati. Thorndike juga merumuskan beberapa hukum dalam belajar yaitu : pertama, motivasi (misalnya rasa lapar, rasa ingin dihargai, ingin pandai) merupakan hal yang sangat vital dalam belajar. Kedua, low of effect; artinya jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan maka hubungan antara stimulus dan respons semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan (menganggu) efek yang dicapai respon, semakin lemah pula hubungan stimulus dan respons tersebut.Selain itu, Thorndike juga membuat hukum belajar lainnya yaitu law of readiness (hukum kesiap-siagaan) dan law of exercise (hukum latihan)


Menurut Jhon Dewey

Adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual, emosional ke arah alam manusia.

trondike

merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R).
* Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk bereaksi atau berbuat.
*Respon adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang.
Psikolog terkenal William James tanpa ragu-ragu pernah berkata, “Penelitian terbesar dari generasi saya adalah bahwa manusia dapat mengubah hidupnya dengan mengubah sikapnya.” Intinya sikap adalah hal kecil yang dapat membuat perubahan besar dalam kehidupaan seseorang. Dibalik perubahan sikap itu selalu ada kata kuncinya adalah “keyakinan”.

william james

Mulailah dengan memiliki keyakinan bahwa keberhasilan, kesuksesan, kegelisahan, semuanya disebabkan faktor dari dalam diri Anda sendiri. Keyakinan bahwa yang menciptakan itu semua sebenarnya adalah hati dan pikiran Anda sendiri. Berbagai faktor luar lainnya sesungguhnya tidak mencerminkan diri pribadi Anda. Namun hati dan pikiran yang ada dalam diri Anda itulah yang mengidentifikasikan diri Anda. Itulah mengapa menyalahkan faktor luar adalah tindakan yang kurang bijaksana. Keyakinan seperti ini akan mengubah sikap Anda menjadi seorang pemenang.

I Saya setuju dengan pendapat itu sebab seorang guru harus membuat perubahan pada anak didiknya denngan cara memberikan pelajaran yanng bbberbeda dari biasanya. Proses berfikir seseorang tidak ada yang sama oleh karena itu tugas seorang guru unuk melatih daya pikirdan kemampuan anak didik dalam megolah suatu informasi yang ia dapat dalam suatu pelajaran disekolah. Dengan begitu seorang guru dapat mengetahui kemampuan yanng dimiliki anak didiknya.

II. Saya setuju denngan pendapat itu, dengan menguasai metode pembelajaran seseorang guru dapat dengan mudah mengajar karena sudah paham situasi dan kondisi yanng ada pada peserta didik, bukan hanya mennnguasai metode pembelajaran saja tapi harus punya pengalaman dalam mengajar. keberhasilan dengan pengetahuan dan wawasan yang luas dalam mennngajar

Kamis, 19 Juni 2008

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

SEKOLAH MENENGAH UMUM/MADRASAH ALIYAH

PROGRAM STUDI IPA

MATA PELAJARAN BIOLOGI

No.

Materi

Kompetensi yang Diujikan

Bentuk Penilaian

1

Keanekaragaman hayati

- Mampu menentukan variasi pada tingkat yang berbeda dan mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan sistem tertentu

Tes tertulis dan praktek

2

Virus dan monera

- Menjelaskan struktur tubuh, reproduksi maupun peranan virus dan monera

Tes tertulis

3

Tumbuhan ganggang, lumut dan tumbuhan paku

- Menentukan ciri, reproduksi dan peranan dari ganggang, lumut, tumbuhan paku

Tes tertulis

4

Invertebrata

- Menjelaskan ciri, reproduksi dan peranan dari protozoa, porifera, coelenterata, cacing, moluska dan ekinodermata

Tes tertulis

5

Jamur

- Menjelaskan ciri, reproduksi dan peranan dari zygomicotina, ascomycotina, basidiomicotina dan deuteromicotina

Tes tertulis

6

Ekologi

- Memahami prinsip ekologi, interaksi antar komponen dari tingkat individu sampai tingkat bioma dan perkembangan ekosistem

Tes tertulis

7

Aksi interaksi

- Menjelaskan prinsip dan pola interaksi yang melibatkan faktor biotik, abiotik, rantai makanan, aliran energi dan siklus biogeokimia dalam ekosistem

Tes tertulis

8

Lingkungan

- Menerapkan prinsip etika lingkungan untuk menjaga keseimbangan lingkungan

Tes tertulis

9

Pelestarian sumber daya alam hayati

- Menjelaskan cara melestarikan sumber daya alam hayati

Tes tertulis

10

Struktur hewan

- Memahami struktur hewan dari jaringan, organ sampai sistem organ

Tes tertulis

11

Struktur tumbuhan

- Memahami struktur fungsi jaringan tumbuhan dan mengkomunikasi hasil pengamatan tentang jaringan dan organ

Tes tertulis

12

Pertumbuhan dan perkembangan

- Mampu menjelaskan proses pertumbuhan dan perkembangan disertai faktor yang mempengaruhinya

Tes tertulis

13

Gerak pada tumbuhan

- Memahami berbagai macam gerak tumbuhan dan penyebabnya

Tes tertulis

14

Mekanisme gerak pada vertebrata

- Menjelaskan mekanisme gerak pada hewan vertebrata

Tes tertulis


No.

Materi

Kompetensi yang Diujikan

Bentuk Penilaian

15

Transportasi pada tumbuhan

- Memahami pengangkutan bahan pada tumbuhan melalui difusi, osmosis dan transpor aktif

Tes tertulis

16

Sistem sirkulasi pada hewan dan manusia

- Memahami alat, proses dan sirkulasi pada manusia atau hewan, serta kelainan pada sistem sirkulasi manusia

Tes tertulis

17

Sistem percernaan makanan

- Menjelaskan fungsi zat makanan dan proses pencernaan makanan pada manusia dan hewan, serta gangguan pada sistem pencernaan manusia

Tes tertulis dan praktek

18

Sistem pernapasan

- Menjelaskan alat respirasi, proses dan gangguan pada sistem respirasi

Tes tertulis

19

Sistem ekskresi

- Menjelaskan alat, proses, dan gangguan pada sistem ekskresi

Tes tertulis

20

Sistem koordinasi

- Menjelaskan struktur fungsi alat, proses dan gangguan pada sistem saraf, indera dan endokrin

Tes tertulis

21

Sistem Reproduksi

- Menjelaskan struktur dan fungsi alat, serta proses reproduksi pada tumbuhan biji dan mamalia

Tes tertulis

22

Pemencaran organisme

- Menentukan hubungan antara struktur alat pemencaran dan penyebab pemencaran pada tumbuhan

Tes tertulis

23

Sel

- Memahami struktur dan fungsi bagian-bagian sel

Tes tertulis

24

Reproduksi sel

- Memahami proses mitosis dan meiosis

Tes tertulis

25

Metabolisme

- Memahami tahapan-tahapan dalam proses metabolisme

Tes tertulis dan praktek

26

Substansi genetika

- Mendeskripsikan struktur dan fungsi substansi genetik

Tes tertulis

27

Pola-pola hereditas dan Hereditas pada manusia

- Menerapkan prinsip pola-pola hereditas pada kasus yang diberikan baik pada tumbuhan, hewan atau manusia

Tes tertulis

28

Mutasi

- Memahami penyebab, akibat dan macam mutasi

Tes tertulis

29

Asal usul kehidupan

- Memahami asal usul kehidupan berdasarkan evolusi biologi dan evolusi kimia

Tes tertulis

30

Evolusi

- Menjelaskan fenomena evolusi, mekanisme evolusi dan petunjuk adanya evolusi

Tes tertulis

31

Biogeografi

- Menghubungkan daerah sebaran organisme dengan organisme yang ada

Tes tertulis

32

Upaya manusia dalam pengembangan sumber daya alam hayati

- Memahami usaha manusia dalam pengembangan tanaman dan hewan untuk meningkatkan pemanfaatannya dan pelestarian sumber daya alam hayati

Tes tertulis

33

Bioteknologi

- Memahami proses bioteknologi beserta keuntungan dan kerugiannya

Tes tertulis

B I O L O G I

SMP Nasional Kontraktor Production Sharing (KPS) Balikpapan

MENGUJI KARBOHIDRAT PADA TANAMAN

Siswa secara berkelompok melakukan kegiatan menutup sebagian daun dengan kertas timah/aluminium foil/kertas karbon untuk menghalangi sinar matahari agar tanaman tidak melakukan fotosintesis.

Siswa sedang menutup sebagian daun pada beberapa tanaman

Kurikulum Biologi Kelas IX

Standar Kompetensi 1 :

Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia

Kompetensi Dasar :

Mendeskripsikan sistem ekskresi pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan

Mendeskripsikan sistem reproduksi dan penyakit yang berhubungan dengan sistem reproduksi pada manusia

Mendeskripsikan sistem koordinasi dan alat indera pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan

Standar Kompetensi 2 :

Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup

Kompetensi Dasar :

Mengidentifikasi kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi.

Kurikulum Biologi Kelas VIII

Standar Kompetensi 1 :

Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia

Kompetensi Dasar :

1.Menganalisis pentingnya pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup

2.Mendeskripsikan tahapan perkembangan manusia

3.Mendeskripsikan sistem gerak pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan

4.Mendeskripsikan sistem pencernaan pada manusia dan dan hubungannya dengan kesehatan

5.Mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan

6.Mendeskripsikan sistem peredaran darah pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan

Standar Kompetensi 2

Kurikulum Biologi Kelas VII

Standar Kompetensi 1 :

Memahami gejala-gejala alam melalui pengamatan

Kompetensi Dasar :

1. Melaksanakan pengamatan objek secara terencana dan sistematis untuk memperoleh informasi gejala alam biotik dan abiotik

2. Menggunakan mikroskop dan peralatan pendukung lainnya untuk mengamati gejala-gejala kehidupan

3. Menerapkan keselamatan kerja dalam melakukan pengamatan gejala-gejala alam

Standar Kompetensi 2 :

Memahami keanekaragaman makhluk hidup

Kompetensi Dasar :

1. Mengidentifikasi ciri-ciri makhluk hidup

2.Mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-cirinya.